8102.
do you really want to marry with a unusual girl?
do you want to go to jannaah with her?
do you really want to grow up with books, art, and tax?
Senin, 21 Oktober 2013
nobody hates a hug
nobody hates a hug
he just hides it
nobody hates a hug
he don't want to make it seems too much
nobody hates a hug
he would do it when the right time, comes
he just hides it
nobody hates a hug
he don't want to make it seems too much
nobody hates a hug
he would do it when the right time, comes
RUANGAN BERPENDINGIN
ruangan berpendingin
nomor antrian
dan lelaki berkacamata
aku bertanya,
nomor antrian berapa?
aku berharap (sangat), bisa mengetikkan beberapa
tombol-tombol berisi huruf-huruf dan angka-angka
aku tahu apa yang digenggamnya
gula-gula yang manis
gula-gula yang membantu menghidupi gula-gula
aku tersenyum,
bukan takdirku
lelaki itu berjalan, tapi ke arahku
sempat terbersit untuk bertukar sapa
tapi tak sempat, apa daya
kenangan mulai tersulur
menjerat? ah, tidak
menderitakan aku? buat apa?
lelaki itu mengingatkanku pada lelaki lain
yang pada bulan-bulan sebelumnya biasanya
pergi menemani ke
ruangan berpendingin
nomor antrian
dan kertas-kertas
aku hanya berandai-andai
jika saja lelaki itu di sini
hadir,
aku akan berdiri!
keluar dari meja panjang
mencium pungung tangannya
dan berteriak ke teman-teman
bahwa dia ayahku
ayahku yang selalu
membawa buah tangan
dari kota
tempat ruangan berpendingin udara itu
itu ayahku
yang membantu aku sejak sekolah,
yang wara-wiri mengantarku
dengan konsekuensi yang tak mudah
ayahku,
yang bangga, bahagia, lega luar biasa
saat aku bisa masuk
ke ruangan berpendingin ini
aku menghibur diri
di luar sana ada sejuta warna
pelangi
lelaki berkacamata itu
boleh jadi membuatku sesak hati
tapi
harusnya memberiku arti
bahwa
alur hidup akan terus berjalan
berotasi
bumi
inilah kisah
dari
ruangan berpendingin
nomor antrian
tombol-tombol
dan sebuah kenangan
nomor antrian
dan lelaki berkacamata
aku bertanya,
nomor antrian berapa?
aku berharap (sangat), bisa mengetikkan beberapa
tombol-tombol berisi huruf-huruf dan angka-angka
aku tahu apa yang digenggamnya
gula-gula yang manis
gula-gula yang membantu menghidupi gula-gula
aku tersenyum,
bukan takdirku
lelaki itu berjalan, tapi ke arahku
sempat terbersit untuk bertukar sapa
tapi tak sempat, apa daya
kenangan mulai tersulur
menjerat? ah, tidak
menderitakan aku? buat apa?
lelaki itu mengingatkanku pada lelaki lain
yang pada bulan-bulan sebelumnya biasanya
pergi menemani ke
ruangan berpendingin
nomor antrian
dan kertas-kertas
aku hanya berandai-andai
jika saja lelaki itu di sini
hadir,
aku akan berdiri!
keluar dari meja panjang
mencium pungung tangannya
dan berteriak ke teman-teman
bahwa dia ayahku
ayahku yang selalu
membawa buah tangan
dari kota
tempat ruangan berpendingin udara itu
itu ayahku
yang membantu aku sejak sekolah,
yang wara-wiri mengantarku
dengan konsekuensi yang tak mudah
ayahku,
yang bangga, bahagia, lega luar biasa
saat aku bisa masuk
ke ruangan berpendingin ini
aku menghibur diri
di luar sana ada sejuta warna
pelangi
lelaki berkacamata itu
boleh jadi membuatku sesak hati
tapi
harusnya memberiku arti
bahwa
alur hidup akan terus berjalan
berotasi
bumi
inilah kisah
dari
ruangan berpendingin
nomor antrian
tombol-tombol
dan sebuah kenangan
Langganan:
Postingan (Atom)