Tahu
tidak? Malang, layaknya kota-kota lainnya, mempunyai tradisi sendiri untuk
mengungkap kembali sejarah dalam bentuk festival. Namanya Malang Tempoe Doele,
atau yang dikenal dengan MTD (bacanya Em-Te-De). Ini even tahunan. Seperti namanya,
festival ini dapat diartikan sebuah acara hiburan, bukan pesta, tapi meriah,
karena disuguhi berbagai macam hal. Mulai kesenian sampe jualan (90%). MTD,
secara formatif, tentu bertujuan mulia, menguak sejarah kota Malang sendiri.
Dan, pemkotnya udah sukses menarik banyak pengunjung ke sini.
Apapun
itu, MTD patut diapresiasi. Mm.. soalnya, ribuan anak manusia bakalan berkumpul
di sini. Tua-muda, sekolah-ngampus-udahnggaksekolah, dari tukang parkir ampe
mahasiswa kedokteran. Seru saat berada di keramaian. Bisa dibayangin nggak,
Malang itu udah zona universitas, karena memang banyyak kampus bertaburan.
Tentu saja, konsekuensi logisnya adalah ribuan mahasiswa tumpek-bleg di sini.
Entah dari Universitas Negeri Malang, Universitas Brawijaya, Universitas
Kanjuruhan, atau universitas-universitas lainnya. Naah, MTD itu udah populer
bagi para mahasiswa di kota Malang. Bisa sebagai hiburan di tengah kesibukan
kuliah (FYI, di saat-saat seperti ini mahasiswa cukup diributin persiapan UAS
buat dua minggu ke depan. Ada juga yang udah libur), bisa juga silaturrahmi
bareng keluarga, nyari makanan, iseng-iseng, naluri pembolang, de el el.
Jalan
Ijen, jalan protokol sepanjang seratus meter (LEBIH) di kota Malang ini ditutup
sebagai tempat festival selama tiga hari. Dua ruas jalan dipenuhi oleh satu benteng
gede di dekat monumen bunga, warung makan, kios-kios, pernak-pernik sejarah,
dan kerumunan manusia.
Kalo
bosen jalan, ngirit, nggak pengen jajan atau belanja, bisa juga main-main ke
Museum Brawijaya atau Perpustakaan Umum Kota Malangnya. Perpusnya oke looh, oke
gila. One of the most recommended Perpus. Klo non warga Malang Raya (Batu-Kab.
Malang-Kota Malang), biaya administrasinya seratus ribu buat minjem buku dan
bakalan dikembalikan klo lulus. Adem, ber-AC. Ribuan buku! Loh ya, cerita perpustakaan
jadinya.
Banyak
sekali hal yang bisa ditemukan di Malang Tempoe Doele. Yang paling favorit,
tentu saja makanan. Yeah, makanan. Mulai dari kerak telor, cilok, jagung bakar,
gula-gula, gulali, gudeg, and others. Namanya juga Festival, tentu nggak lengkap
klo nggak ada makanannya. Asupan gizinya ngimpor juga dari kota lain, hehe. Ada
juga orang-orang yang jualan lukisan, jualan tas-tas batik, jualan baju,
melayani jasa naik dokar, de es be. Beberapa institusi juga show off di sini
loh : BRI, hotel, restoran (klo penulis nggak lupa) untuk keeksikan mereka
tentu saja. Monggo, silahkan dipilih apa yang dimau J. Hati-hati dengan barang bawaan : hape, uang,
dll. Bagi pengidap photoholic bisa tebar blitz kamera di sini. Kalo nyari
masjid harus masuk ke Museum Brawijaya
dulu atau ke sekitaran Jalan Kahuripan aja buat sholat..
MTD
mengular nggak hanya di Jalan Ijen, tapi sampai masuk ke pelataran Museum
Brawijaya. Klo ada acara gede gini yang tak boleh dilewatkan adalah… jasa
parkir ! Dua ratus motor nggak ada tempat parkirnya nggak lucu, donks.
Tenang
aja.. ada juga kok hal-hal yang benar-benar mengingatkan kita pada Malang yang
jadul. Yakni, foto. Iya, foto. Sebagai contoh, ada foto perempatan jalan yang
menembus RS. Saiful Anwar- Alun-alun (samping Jalan Kahuripan) yang dulunya
masih sederhana dan sepi banget sekarang udah modern dengan Bank BCA dan
beberapa rumah makan di sana.
Kostum
ke MTD sih bebas, nggak ada yang nyuruh pake ini-itu apalagi kembenan. Cuma, rata-rata pada suka pake
batik kalau ke MTD. Dulu sih, makenya jeans plus baju lengen panjang aja..
wkwkw.
Hmm,
festival ini berlangsung pada 24-26 Mei sodara-sodara. Jadi, bagi siapapun yang
ingin datang, monggo.. jangan sia-siakan kesempatan studi di Malang dengan
nggak mengitari tempat perantauanmu.. yang pengen datang tapi nggak bisa, sabar
ya Kaka.. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar