Pada umumnya, para lulusan SMP favorit
melanjutkan studi ke SMU yang favorit pula. Apalagi jika berbagai prestasi
terbiasa diraih. Hal tersebut terjadi karena berbagai pertimbangan seperti guru-guru
yang profesional, fasilitas yang memadai, hingga kompetisi yang sehat. Singkat
kata, SMU yang bagus akan meningkatkan kemampuan inteligensia mereka.
Kenyataan di atas tidak berlaku bagi Mujahid,
Rifan, Fitri, Dyah, Ambar, Nurul, dan Desti, tujuh anak genius di Jogja. Awalnya,
Fitri berinisiatif mengundurkan diri sebagai calon murid SMU Teladan, SMU
favorit. Dia lalu mendaftarkan diri ke SMU Bintang Harapan, SMU paling bobrok. Fitri
menganggap ketidakadilan terjadi di SMU Murid Teladan dan dia ingin mengubah
reputasi buruk SMU Bintang Harapan (hal 5). Keputusan Fitri lantas diikuti enam
anak lain (hal 24).
Tidak seperti namanya, keadaan SMU Bintang
Harapan jauh dari harapan. Bangunan sekolah suram tak terawat. Guru-guru kurang
profesional. Murid-murid pun suka berulah di kelas. Berbagai perlombaan tak
diikuti sejak sepuluh tahun terakhir (hal 33).
Demi kualitas pendidikan yang lebih baik,
ketujuh anak genius menyusun beberapa rencana (hal 59). Rencana pertama adalah ‘merenovasi’
10 guru yang bermasalah. Mujahid mengkritisi para guru agar benar-benar tekun
mengajar. Rencananya berhasil karena Pak Sugali, salah satu guru yang
bermasalah karena suka tidur di kelas, menghentikan kebiasaannya.
Rencana kedua dilanjutkan dengan menghidupkan
kembali ekstrakurikuler (hal 97). Sayang, Heri, anak kandung kepala sekolah,
menanggapi kebaikan tujuh anak genius dengan culas. Rifan ditantang Heri
bermain basket, padahal Rifan lebih jago dalam hal seni.
Mati-matian Rifan belajar basket. Syukurlah,
walaupun Rifan kalah, Heru mendukung rencana ketiga mereka, yakni menaklukkan
Zeffy si super genius dalam Lomba Sains dan Adu Bakat se-Jogja.
Ambar maju di bidang bahasa Inggris. Fitri
berjuang di bidang Fisika. Mujahid mewakili bidang Matematika. Dyah berusaha di
bidang bahasa Inggris. Sementara Ambar, Rifan, dan Heru maksimal di bidang
Akuntansi, Seni, dan Olahraga. Perlombaan final antara Ambar dan Zeffy
berlangsung sangat seru. SMU Bintang Harapan menduduki peringkat kedua.
Tujuh jenius bisa bernapas lega seiring
rencana keempat, perbaikan gedung sekolah, terlaksana. Kesan horor SMU Bintang
Harapan pun hilang. Tak ada lagi genting yang jatuh setiap harinya.
Inovasi mading adalah rencana kelima yang digawangi
Desti. Momen menempel mading menjadi momen paling berharga baginya, karena
Mujahid mau bekerja sama. Benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Desti dan
Mujahid. Sayang, Fitri tidak terima karena tujuh anak genius telah berjanji, di
antara mereka takkan ada satu pun yang salingsuka (hal 223).
Rifan tidak terima atas perlakuan Fitri. Akibatnya,
mereka berdua bertengkar. Puncaknya, tamparan Fitri pada Rifan membuat berang
yang lain. Persahabatan ketujuh genius retak. Fitri menjadi bulan-bulanan. Padahal,
masih ada dua rencana lagi yang harus dilakukan. Menantang sekolah lain dalam
lomba dan membina adik sebagai duta lomba. Berhasilkah mereka? Apakah
persahabatan yang memburuk dapat membaik kembali?
“Amazing Genius” merupakan novel menarik
yang menghadirkan nuansa humor di tiap lembarnya. Tak ada narasi yang
berbelit-belit. Dialog mengalir dengan lancar. Komikus Rifan cukup berhasil
membuat joke-joke segar, meski dalam
beberapa alur terkesan garing. Penulis juga berani mengangkat tujuh orang
sebagai tokoh utama.
Bagaimana pun, novel ini tetap dapat
dinikmati pembaca yang akan, sedang, dan telah melalui masa SMU. Paling tidak, stigma
negatif terhadap sekolah nonfavorit dapat berkurang. Sekolah bukanlah
satu-satunya penentu seseorang bertambah pandai atau tidak. Seperti kata Ambar,
“Kamu tau, nggak, semua orang pinter bakal menang dengan orang beruntung,
bahkan dengan kegeniusan yang sempurna.” (hal 290). Selamat membaca!
Judul:
Amazing Genius
Penulis:
Komikus Rifan
Penerbit:
Ping!!!(Lini Penerbit Diva Press)
Tebal:
332 halaman
Terbit:
Cetakan I, Maret 2013
Harga:
Rp40.000
ISBN:
978-602-7933-03-3
*dimuat di radarseni.com, 2 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar