katamu rindu
pada jemari yang menari-nari
di atas awan putih berbingkai hitam
katamu iri
pada tulisan-tulisan rekan-rekan
yang dimuat di tiap akhir pekan
katamu sesak
saat kata-kata hanya menggumpal di tenggorokan
tak terucap dan tak tertuliskan?
mengapa tak kau tumpahkan saja
hujan kesedihan
mendung kegalauan
angin kebencian
rintik keinginan
biar dua kantong udara di balik dadamu itu
menjadi seperti udara di pegunungan
atau juga bianglala
yang kokoh di tengah kota
katamu rindu
mengapa tak kau katakan saja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar