Salah
satu hal yang bikin semangat ngampus bagi saya adalah dosennya. Bisa dari
penampilan, cara bertutur, atau materi yang diajarkannya. Beruntung banget bisa
'ketemu' sosok komplit seperti ini saat mengikuti Dinamika, acara perkenalan
kampus beberapa hari lalu. Lompo sorot di gedung tempat kami mengikuti acara
seolah tembus ke kepala saya. It's an enlightenment. Pencerahan!
Panggil saja beliau Pak Riko. Rambutnya lurus sedikit di bawah telinga –potongan rambutnya mengingatkan saya kepada guru kesenian waktu SMP, meski nggak ‘segondrong’ itu juga, sih--. Lelaki paruh baya tersebut memakai batik warna putih, celana abu. Resmi, but look casual. Inget juga sama dosen filsafat (yang udah pernah di tulis di blog ini – bedanya dosen filsafat pakai kaos dan jeans).
Cara beliau berbicara itu anak muda banget, ‘merangkul’, kayak sama
temannya sendiri. Tapi saya tetep hormat juga. Tema ceramah yang diusung adalah Menulis
dan Plagiarisme. Pak Riko berharap kami bisa mengerjakan skripsi atau tugas
akhir dengan sungguh-sungguh. Juga mencoba menjajaki menulis jurnal ilmiah.
Saya tuliskan beberapa poin acak yang mengendap di benak saya:
Usahakanlah, dalam dua tahun ini, kalian kembangkan keterampilan tulisan
kalian. Jangan jadikan tugas itu sebagai beban. Jadikanlah tugas itu sebagai
wahana latihan menulis (Ayay, Captain!)
Jangan jadi mahasiswa kupu-kupu. Kuliah pulang, kuliah pulang
IPK itu penting. Lebih penting lagi dapet IPK bagus dan skill nya bertambah.
Jangan seenaknya copy paste tugas (TA, skripsi). Lembaga kita sudah punya semacam aplikasi untuk mendeteksi apakah tulisan kita plagiat atau nggak, loh!
Dalam membuat sebuah tulisan, minimal 4-5 paragraf lah itu hasil ramuan kalian sendiri.
Kalau kalian membaca, resapi dulu, baru ditulis ulang. Beda banget nanti ketika kalian memahami dulu lalu ditulis sesuai dengan bahasa kalian sendiri dengan yang habis baca langsung dimuntahkan alias nggruduk tulis ulang.
Di film Game of Thrones, dari seri 1-5, Indonesia cocok di bagian mana ya? Klan Stark, Lannister, atau yang lain?
#Kemudianhening
lah satu gedung. Yang acungkan tangan hanya beberapa orang. Aslinya, saya nggak
pernah nonton filmnya, belum juga baca bukunya. Nggak begitu suka fantasi, soalnya
#mencobangeles.
Cara kita menulis itu unik. Coba kalau pertanyaan kayak tadi, di film Game of Thrones Indonesia itu lebih cocok mana, dari depan sampai belakang jawabannya pasti macem-macem. Ada yang suka Lannister, ada juga yang nggak. Pasti beda!
Coba, deh, kalian google nama kalian. Apa yang keluar? (cuma) Facebook? Instagram?
Beberapa waktu kemudian, saat kalian udah jadi orang tua, dan anak kalian googling, masa anak kalian bilang, ‘ih Bapak ngapain aja dulu waktu muda?’ Minimal kalau orang mau nyari sesuatu ada tulisan kalian di sana.
Tulisan, yang ilmiah khususnya, adalah salah satu persyaratan ketika kalian mengajukan beasiswa nanti. Coba googling deh, LPDP. Salah satu kriterianya adalah bikin esai. Kalau kalian ikutan Tes IELTS, biar bisa kuliah di luar negeri, kalian harus bikin karya ilmiah dalam 250 kata dalam bahasa Inggris. Nulis dalam bahasa Indonesia aja susah, gimana kalau bahasa Inggris. Mampus nggak tuh?
Referensi tulisan itu levelnya harus sama. Kalau opini ya referensinya opini. Kalau jurnal ya referensinya jurnal juga. Jangan kalian bikin skripsi preferensinya opini doang.
Jangan hanya foto-foto selfie, Instagram. Coba nge-bloglah. Nulis. atau, coba twitteran yang 140 karakter.
T: Apa bedanya Opini sama Tajuk Rencana di Kompas? Soalnya kalau di Tajuk Rencana itu menunjukkan data-data statistik, tapi dia ada argmentasi juga.
J: Sebetulnya intinya sama saja, isinya pendapat penulis dalam bentuk esai. Bedanya, kalau di Tajuk Rencana dia memaparkan data-data statistik dahulu. Ujungnya sih opini orang tersebut.
Di sekolah internasional tuh, anak kecil aja udah jago nulisnya. Kita bisa kalah dengan anak kelas tiga SD, deh. Ini karena gurunya ‘memancing’ murid dengan pertanyaan-pertanyaan seru. Kamu lebih suka mana, ikan paus atau lumba-lumba?
Ngga
mungkin jawabannya ya atau tidak saja. Jadi murid itu distimulus untuk
bercerita. Saya lebih suka lumba-lumba karena bla bla bla. Diam-diam si anak diajak
analisis juga. Makannya apa sih si paus itu, makannya apa lumba-lumba itu. Dan
seterusnya.
T: Apa kategori ketika tulisan seseorang dikatakan plagiat?J: Salah satunya adalah satu, atau dua paragraf yang ditulis ‘plek’ tanpa mencantumkan sumbernya.
Salah
satu penulis favorit Pak Riko adalah James McNicholas. Penulis blog arsenal
yang bermukim di London itu kalau menulis menulis nge-pop, bahasanya nggak
kaku. Dia menceritakan sebuah pertandingan bola diawali dengan sebuah cerita,
seorang anak yang diajak bapaknya naik kereta demi nonton sebuah final sepak
bola.
Cobalah googling. How to write essay. Kalian bisa menemukan banyak sekali tips dalam bahasa Inggris.
Itulah
beberapa poin yang dapat saya jabarkan dari presentasi beliau. Dua jam saya
lalui tanpa terasa. Tentu kehadiran beliau bermanfaat sekali bagi saya (semoga
bagi yang lainnya juga). Terus terang, saya butuh dosen-dosen yang seperti
beliau. Mungkin karena minatnya sama.
Saat si
Bapak rampung memberi sambutan, saya ikut memberikan apresiasi dengan tepuk
tangan paling meriah yang bisa saya kasih.
Terima
kasih kampus sudah mendatangkan si Bapak. Makasih, ya, Pak! Jangan kapok
memberi kami pencerahan.
Cimul.
sumber gambar: pinterest.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar