Jarum di arloji Airin telah menyentuh angka enam. Jarum pendek.
Jarum panjangnya menunjuk angka tiga.
Airin sudah berdiri di pertigaan jalan yang menghubungkan jalur ke perkampungan,
kota di sebelah timur, dan kota sebelah barat. Menunggu bus. Bukan bus sekolah,
tetapi bus antar kota antar provinsi . Yang ‘kan mengantarkannya ke sekolah. Sekolah
Airin tepat di pinggir jalan dan dilewati bus itu. Airin berangkat sendiri.
Teman-teman dari tempat tinggalnya memilih naik motor. Lebih lekas sampai, kata
mereka.
Di telinga Airin terpasang headset warna putih. Ada suara
jernih vokalis Passenger di dalamnya. Kadang-kadang juga teriakan syahdu Adam
Levine. Hmm, terkadang juga dia memutar lagu cover penyanyi-penyanyi independen
–Boyce Avenue kesukaannya—. Di punggung Airin melekat tas warna putih yang
sudah menjadi kesayangannya sejak kelas tujuh. Kini Airin kelas sepuluh.
Berarti tiga tahun tas itu menemani dirinya. Tas itu tidak berat. Karena Airin
hanya membawa buku secukupnya.
Jalan lagu ketiga. Airin mematikan lagunya. Bus telah datang,
berwarna putih bercorak hijau. Airin naik. Airin tersenyum kepada kondektur bus
langganannya itu. Airin ‘kan mendengar lagu lagi, berupa omelan penumpang yang
mengeluh karena ongkos naik, lagu pengamen, hingga derubus, sampai dia
beranjak turun.
Airin. Kamu pernah seperti Airin?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar