bahagia hari ini?
tentu saja :)
masih bersama orang tua tahun ini adalah kebahagiaan
berkumpul bersama keluarga hari ini adalah nikmat tak terkira
anjang sana dengan sanak keluarga adalah berkah
bertemu teman-teman lama adalah membuat kenangan indah lagi
karena kita manusia
sedih banget kalau cuma sendiri
wah, banyaak sekali nikmat yang harus disyukuri
maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kaudustakan?
selamat berlebaran
semoga spirit ramadhan tetap bersama kita hingga ramadhan berikutnya, entah sampai yang belum terkira :)
Minggu, 19 Agustus 2012
Sabtu, 18 Agustus 2012
Film-film Masa Kecil yang Pernah Saya Tonton
*by the way, ini juga postingan jadul. Dimana jumlah follower twitter Sherina belum menembus angka 3jt seperti sekarang :D
Setidaknya ada dua film –aseli buatan Indonesia—yang membuatku terkagum-kagum. BERAT. Joshua oh Joshua dan Petualangan Sherina.
Tidak tahu pasti apakah karena pada saat itu pemikiran a la anak kelas
IV SD masih terbatas atau para sineasnyakah –besutan Riri Riza, dkk--
yang memang ajib membuat film universial especially anak-anak itu. Hmm..
kolaborasi keduanya sih ya..
Baiklah. Akan kuulang lagi alurnya. Kurang
lebihnya begini. Sherina ini harus pindah sekolah karena ayahnya
dimutasi kerja. Jadilah keluarga kecil itu –ayah, ibu, dan Sherina-
pindah rumah [plus pindah sekolah]. Karena si Sherina ini murid baru,
maklumlah ada ledekan-ledekan kecil dari Sadam –diperankan Derby
Romero-. Yang katanya inisial M pada nama panjang Sherina itu monyetlah,
digojlok-gojlokkinlah, sampe adu keunggulan lewat lagu dingaa… --hehe, ini iank namanya sportif. Gak pake hina-hinaan gitu ya kyk anak jaman sekarang..
Intinya
Sadam itu keliatan banget gak sukanya ama Sherina ! sampe akhirnya si
Sherina tahu kalo Sadam tuh anaknya baeek banget, kedua orang tuanya
saling mengenal, mereka jalan-jalan menuju perkebunan teh, dan akhirnya
mereka berdua berusaha meloloskan diri dari kejaran orang jahat, si
penculik yang baru saya tahu kalo tokohnya sering tampil di tv “,).
Eh, ada yang ketinggalan. BOSCHAnya itu looooooo ^^, ayo, siapa yang mau kesana ? –soale aku belum--
Yap! Siapapun dan dimanapun anak-anak Indonesia
yang nonton film ini pasti akan terpukau. Hayo, ngaku? Kita gak hanya
disuguhi alur yang menegangkan –tentang penculikan—tetapi juga bisa
menikmati tayangan visual yang indah. Dari hamparan kebun teh, megahnya
laboratorium Boscha, sampai si rusa imut negeri kita –bukan rusa yang
ada di opening Twilight kaaan?hehe-
Btw,
tentang pelaku-pelakunya. Sodara-sodara yang remaja pasti sudah tahu
betapa eksisnya dua bintang utama itu –Sherina Munaf dan Derby Romero
–eh dulunya kayaknya Romeo aja deh—. Sinna Sherina Munaf udah berhasil
mengeluarkan albumnya yang PRIMADONA, kemudian lagu Cinta Pertama dan
Terakhir, Geregetan, dan Pergilah Kaunya udah ngena banget di kuping
kita, belum lagi lagunya yang jadi OST Ayat-Ayat Cinta dan Laskar
Pelangi.
Kita bermain-main
siang-siang hari senin
tertawa satu sama lain
semua bahagia, semua bahagia. (Kubahagia)
Jika pembaca adalah pengguna twitter, pasti tahu deh berapa followernya Sherinna dewasa sekarang. 700 ribu lebih, bok!
Kalo
si Derby mah, yang saya tahu udah sukses membintangi Kepompong –yang
dikelilingi cewek-cewek cakep itu--, lalu jadian ama sesama public
figure –hehe, maklum aku cew jadi tau ginian--, Gelora Asmara dengan
Tuhan Tolongnya juga meledak, beserta Love in Perthnya yang kelar dia
bintangin di negeri Kanguru sana bareng penyanyi seriosa yang super
pintar, Gita Gutawa.
Kalo Joshua oh Joshua… hmm.. pembaca mungkin juga sangat amat hapal alurnya.
Dan tahu nggak??
Ternyata nilai-nilai yang ada dalam Joshua oh Joshua itulah yang semestinya dilakukan buat kita kita di zaman yang kian tua ini.
Err..
maksudku gini lho. Membayangkan betapa nerimannya si Jojo –neriman
doesn’t mean not trying to be a better person--, betapa SABARnya ia
menghadapi ibu iank kejam, betapa ia masih menyayangi ibu angkatnya itu
meskipun udah berkali-kali nyakitin *ngelindungin supaya gak diapa-apain
ama ortu aslinya kan?*,
Dan yang terpenting..
BETAPA
JOJO *dan Jejen ADALAH PARA PELAJAR INDONESIA YANG GIAT BELAJAR. YANG
TAK MAU KALAH OLEH KEADAAN. YANG GAK BUTA HARTA BUTA DUNIA
Ooh, apakah saya idealis?
Kalo disambung-sambungin enggak mungkin ya, kan itu termasuk hal-hal yang semestinya kta punya…
Pokoknya,
kalau ingeet film itu, mungkin kita akan diam-diam malu pada diri
sendiri, ketika betapa ‘polos’nya kita dulu, menjadi anak-anak yang
lepas, bebas, gak kayak sekarang yang dipenuhi intrik , *gossip be’e..
Finally, kesimpulannya kedua film itu baik
betul dan bisa dikonsumsi adek-adek kita yang masih kecil,
tetangga-tetangga kita, anak-anak Indonesia… mungkin kalo ditayangin lagi –gappa kan?- akan mengurangi damppak dari tayangan setajam *****, musik iank berlebihan, horror, atau iank amoral.. kan konsumsi tv kita sehari2 gak jauh2 dari itu bukaan?
Yes, those are my opinion,
Bagaimana menurut anda?
semoga bermanfaaatt!
Namaku si Biru
Namaku si Biru
Bukan cinta atau Bento. Hehe
Anyway, ini postingan jadul dari blog lama yang sudah tak terjamah ID beserta passwordnya
Karena ini zaman baheula, tentu kekurangannya ada (sampai sekarang pun iya). Tidak diedit karena dengan cara inilah tahu apa aja kekurangannya.
Eh, kebetulan juga ada nama Kenny, itu nama salah seorang temanku, hihi. Entah dulu terinspirasi olehnya atau ngarang udah lupa
Namun aku suka aja bahasanya :P
Selamat membaca!
***
6 Maret 2011
Bukan cinta atau Bento. Hehe
Anyway, ini postingan jadul dari blog lama yang sudah tak terjamah ID beserta passwordnya
Karena ini zaman baheula, tentu kekurangannya ada (sampai sekarang pun iya). Tidak diedit karena dengan cara inilah tahu apa aja kekurangannya.
Eh, kebetulan juga ada nama Kenny, itu nama salah seorang temanku, hihi. Entah dulu terinspirasi olehnya atau ngarang udah lupa
Namun aku suka aja bahasanya :P
Selamat membaca!
***
6 Maret 2011
Sebenernya cerpen ini udah lumayan lama. Ceritanya waktu itu lagi ikutan lomba cerpen yang diadakan www.mahasiswa.com.
Yap, begitulah. Alhamdulillah akhirnya menang sebagai Juara II.
Karena ada yang memprovokasi saya supaya mempublish cerpen ini *makasih banyak ya Mbah -,-* ya sudah..
itung-itung sharing hobi juga.
Oh
ya. Buat Tambahan. Nama tokoh utamanya ini asli lho...!! hehe.
Maksudnya emang bener ada. Mbak yang namanya tercantum di cerpen ini
emang yang udah banyak membantu sy waktu nulis.. now she is studying at
Gajah Mada University. Thanks a lot, Mbak ^^
NAMAKU SI BIRU
Namaku si Biru.
Begitulah
Junda, pemilikku memanggilku sejak dua bulan yang lalu. Hmm.. menurut
kalian sosok apakah aku ini? Yang jelas, aku adalah benda elektronik
yang terbuat dari bahan anti karat. Berbentuk balok, terdapat sisi yang
dapat di buka, dan terdapat layar berukuran sedang di dalamnya. Dengan
tuts-tuts keyboard berjumlah delapan puluh enam, kinerjaku sempurna
sudah. Sering aku bertemu dengan teman-teman di perpustakaan kampus,
taman kota, atau cafe-cafe di mall. Kehadiran kami yang sangat
dibutuhkan menjadi pertimbangan para mahasiswa untuk memiliki benda
seperti aku ini, termasuk Junda. Ya, benar. Aku adalah laptop, berwarna
biru tepatnya. Oleh karena itu Junda memanggilku si Biru.
Sudah
menjadi tugasku untuk mempekerjakan sistem operasi agar aktif,
menampilkan tampilan word untuk tugas paper, dan tak luput dari
aktifitas internet. Aku bersyukur menjadi kebutuhan primer Junda, dan
dapat menemani kesehariannya. Dia adalah mahasiswi semester dua prodi
biologi yang pandai. Tak pernah ada kata absen atau bolos mata kuliah,
selalu tepat waktu mengerjakan tugas, dan dapat memanfaatkanku dengan
sebaik-baiknya. Meski ada banyak film di folder E-ku, dia tidak mau
menyentuh ikon judul film sama sekali saat ada tugas. Dan meskipun
sinyal wi-fi penuh lima undakan, dia tidak mau menyia-nyiakan waktu
untuk bercakap-cakap tak jelas di dunia maya. Aih, intinya Junda adalah
mahasiswi berkualitas. Tak hanya segi intelektualitas, tetapi
kepribadiannya. Selalu cermat dalam keuangan, dan tak pernah
mempertontonkan aurat. Tak pernah bergaul terlalu bebas, juga tak pernah
bergaya borjuis seperti yang dianut mahasiswa obsesi selebritis. Tahu
sendiri, bukan? masih ada mahasiswa yang suka berkedok kaya padahal dia
telah menyakiti orang tua secara perlahan, menghabiskan uang.
Mentari
telah kembali ke peraduan. Gemintang yang berkilauan nampak redup
ditingkahi lampu-lampu metropolitan. Qira’ah Ar-Rahman yang disetel di
masjid terdengar merdu. Namun alunan sucinya dikalahkan dengan suara
televisi yang dinyalakan di rumah-rumah.
Junda masih menekan tuts-tuts keyboard di tubuhku, rupanya dia sedang menulis proposal.
“Jun,
apakah perusahaan itu akan menerima proposal kita? LSM saja ditolak
mentah-mentah. Fadhil sudah menjadi korbannya,” ujar Rina, teman kosan
Junda.
“Semoga
saja, Dik Rina. Kalau ada tembusan dari rektor bisa memperkuat proposal
kita. Kita juga mengundang pewarta berita. Lagipula, apa salahnya coba,
organisasi kepenulisan kampus mengadakan festival sastra untuk
anak-anak berkemampun luar biasa?” Junda menjawab dengan senyum. Lalu
kembali meneruskan pekerjaannya.
“Baiklah. Terserah kakak saja, lah.”
Hmm.. Aku suka ini. Lihat, Junda telah menyelesaikan proposalnya. Efisien sekali waktunya. Hanya satu jam.
“Dengan
tujuan mengoptimalkan potensi anak-anak istimewa, kami selaku pengurus
Okus –Organisasi Kepenulisan Kampus- berencana mengadakan festival
sastra yang akan diikuti siswa SMPLB se-kota kabupaten. Oleh karena itu,
diharapkan dengan sangat kontribusi perusahaan untuk mensponsori acara
kami.”
Itu
adalah kutipannya. Kalian tahu, selain aktif di organisasi kepenulisan,
Junda juga mengikuti kegiatan mahasiswa yang bermanfaat seperti ini.
Tetapi kewajiban utamanya untuk kuliah tak dia tinggalkan. Buktinya IPK
pertama sampai sekarang tak pernah lepas dari angka 3,5.
Namaku si Biru.
Angin
bertiup semilir. Suhu kamar kosan Junda tidak sesejuk ini. Hm..mungkin
ini yang disebut taman kota. Sudah beberapa kali dia berkunjung ke
tempat ini. Untuk mencari referensi tugas atau juga menulis. Menulis apa
saja. Oh, ya, aku lupa memberitahu kalian kalau Junda juga berprofesi
sebagai jurnalis. Artikelnya tentang kesehatan remaja sering diterbitkan
majalah nasional. Empat cerpennya yang ditulis di folderku juga telah
terbit dalam kumpulan cerpen para penulis muda. Apakah sekarang dia akan
membuka Word yang terprogram dalam organ tubuhku?
Waktu berjalan sekian menit sampai tak ku sadari ada teman Junda yang datang menemuinya. Aku ter-shut down.
***
“Aduuh.
Maaf Jun, aku terlambat. Rico terlambat menjemputku dari M-Studio,”
sesosok perempuan bertubuh tinggi menghampiri Junda yang duduk di kursi
kayu panjang dekat air mancur. Penampilannya sangat berbeda dengan
Junda. Sepatu high heel, T-shirt ketat, celana jeans, juga rambut yang
dibiarkan tergerai. Rapi, namun dandanannya terkesan menor.
“Oh.. Ya, tak mengapa. Jadi kamu benar-benar membutuhkan ini sekarang?” jawab Junda, melirik sebentar ke arah si Biru.
Kenny,
nama perempuan itu, kawan satu jurusan mengangguk. Binar matanya
menyorotkan keagresifan. Namun air mukanya nampak berlawanan, dibuat
sepolos mungkin.“Ya, benar sekali. Laptop yang dibelikan papaku di
Singapur rusak berat. Monitornya retak. Aku membutuhkan laptopmu untuk
mengerjakan tugas Pak Herman. Tahu sendiri bukan jadwal pemotretanku di
majalah fashion sangat padat? Tak mungkin juga aku berpanas-panas ria
pergi ke rental. Aku juga ingin menganalisis masalah dengan tenang di
rumah. Tak perlu diketikkan orang lain.”
“Baiklah,
silahkan kamu bawa. Tetapi usahakan dua hari lagi kamu kembalikan, ya?”
Junda terlihat iba. Berharap anak pejabat DPRD kota ini tertolong.
Kenny adalah mahasiswi cerdas. Buktinya dia bisa masuk universitas tanpa
tes.
“Tenang
saja. Aku hanya membutuhkan waktu satu hari untuk menyelesaikan
semuanya.” Sahut Kenny cepat. Lalu melirik arloji di tangan kirinya.
“Sekali lagi maaf. Sekarang aku harus cepat pulang. Lebih baik ku
kerjakan tugas itu sekarang.” Pamit Kenny.
“Oh.. Ya, silahkan. Aku juga ada kegiatan di kampus.”
“Baiklah. Err..Assalamu’alaikum..” Ujar Kenny gagap.
“Wa’alaikum salam..”
Berlalulah Kenny, sambil membawa si Biru yang telah berada di tas mahal miliknya.
***
Namaku si Biru.
Huah..
Lama sekali aku tertidur. Mungkin aku akan mengabdi lagi pada jalan
hidup Junda. Ayo, Jun. Lekaslah, kerjakan proposal lagi, atau operasikan
Word untuk tugas biologimu. Aku takkan menyesal menjadi laptop
mahasiswi baik seperti kamu.
Perlahan
sisi badanku terbuka. Hey! Tunggu. Ini bukan tangan Junda. Tangannya
selalu pelan menyalakan aku. Saat ini badanku kesakitan karena begitu
kuatnya dia membuka sisi monitor. Sudut kemiringanku juga tak pernah
seekstrem ini. Sakkiiit!
Perlahan
crystal eyeku mendeteksi sesosok manusia. Ya, ini bukan Junda. Tetapi
Kenny, majikan Cerry, si laptop berwarna ungu. Semoga aku tak
diapa-apakan olehnya. Karena menurut penuturan Cerry, Kenny sangat
sembrono dan berhati keras.
Proses
booting selesai. Tapi, apa-apaan ini? Membuka foldernya banyak sekali.
Flashdisk harus dibaca segera. Semua folder ini milik Junda.
Dengan
cepat dia mengklik folder E yang berjudul “TuGas Pak HerMaN”. Aku
menjadi cemas karenanya. Bukankah ini tugas yang harus dikumpulkan besok
lusa? Jangan-jangan dia mau menjiplak tugas majikanku?
Benar
saja. Folder ini langsung saja di copy pada flashdisk Kenny. Ingin
rasanya aku berkata jangan. Junda telah menyelesaikan tugas ini semalam
suntuk. Sambil menunggu waktu sahur puasa sunnahnya. Huh, benar kata
Cerry, dia bukan mahasiswi cerdas seperti yang orang bilang.
“Ku
harap kau baik-baik saja dengan perbuatanku ini. Mudah sekali menipu
orang setolol kamu. Sok alim, kuno pula. Lihat aku, lihat kemampuanku
menarik hati para adam. Tak usah belajar keras untuk mendapat nilai
tinggi, toh papa selalu siap membiayai sogokanku seperti tes pertama
dulu. Aku juga tak perlu mengerjakan tugas karena memiliki trik ini.
Cukup mengumpulkan lebih awal. Hm.. yang penting penampilan dan karir.
Agama dan otak nomor buncitlah....” perkataannya itu benar-benar
membuatku ingin hang. Atau mematikan SO secara tiba-tiba. Busuk.
Aku
sudah menyangka Kenny tidak sebaik yang orang-orang sangka, seperti
yang menjadi penilaian Junda. Kenny tidak murni sebagai mahasiswi
cerdas.
Kenny lalu menyalakan Cerry. Kondisinya masih bagus. Sangat berkilau. Ingin cepat-cepat ku sapa dia, berbagi cerita.
“Hai,” pekikku.
Cerry memandangku. Heran. “Kenapa kau bisa ada di sini, si Biru?”
“Kenny telah mengcopy folder tugas Junda. Betapa jahatnya dia.” Jawabku sendu.
“Hmmh.. sabar sajalah si Biru. Ini tidak seberapa. Bandingkan dengan aku yang sudah muak menemani hari-harinya selama ini.”
“Tidak seberapa, maksudmu?” tanyaku penasaran.
“Hmh..
Aku tahu, Junda adalah anak manusia yang baik. Aku sering mendengarkan
cerita teman-teman lain tentang kelebihan majikanmu itu. Cerdas, pandai
mengatur waktu, juga berperilaku yang baik. Aku kesal dengan perbuatan
Kenny. Dia selalu membantingku saat stres. Dia tak meghiraukan jerih
payah orang tuanya. Webcamku dipergunakan untuk berpacaran saja. Memakai
pakaian seronok pula. Folder-folderku juga tak bermutu. Tak ada satupun
tugas yang menjadi karyanya. Semua hasil plagiat. Kamu tahu, malam hari
aku masih menyala, namun harus ku telan pil pahit Kenny
mengoperasikanku dalam keadaan mabuk. Aku menjadi benda yang tak
berguna.”
Aku terperangah. Sebegitukah?
“Lalu, bagaimana dengan Junda? Tak mungkin ku biarkan majikanku teraniaya. Bisa saja dia bermasalah dengan Pak Herman nanti.
Cerry kembali menatapku. “Maafkan aku. Tak ada yang bisa ku lakukan.”
Kalau
aku menjadi manusia, aku akan menangis. Menangis sekeras-kerasnya. Aku
juga akan memberitahu Junda agar tak meminjamkanku lagi pada Kenny ini.
Namaku si Biru.
Tuhan
Maha Adil. Meskipun harus berurusan dengan dosen karena kesamaan tugas
mereka, akhirnya Junda memenangkan “kasus” ini. Kenny tidak bisa melawan
kebijaksanaan Pak Herman. Huah! Ku harap mahasiswa Indonesia tidak
seperti Kenny ini. Apapun strata sosial atau jabatan yang mereka
miliki.
***
Jumat, 17 Agustus 2012
Merdeka
Dilahirkan menjadi seorang Warga Negara
Indonesia adalah sebuah pilihan. Ya, awalnya adalah takdir. Kan, ketika lahir,
kita tidak bisa menentukan mau dilahirkan dimana. Bisa jadi orang tua kita
turut menentukan. But it is almost impossible to reach another country, jika
kedua orang tua sama-sama asli berbangsa tanah air.
Anggun. Dia adalah wanita Indonesia,
awal mulanya. Kedua orang tuanya adalah seniman, asli Indonesia. Namun, seiring
berjalannya waktu, ia berpindah kewarganegaraan : Perancis. Meskipun demikian,
darah dan tulangnya tetap Indonesia (menurut penuturannya di Wikipedia).
Perkara ganti WNI bukanlah hal yang mudah bagi saya, maka saya memilih stay di
sini. Hehe.
Baiklah. Karena saya sudah 19 tahun, dan
sudah mempelajari sedikiit tentang epistimologi, saya akan mengupas kemerdekaan
dari sudut pandang saya sendiri.
Lagi-lagi, saya tidak bisa menjadi saksi
sejarah ketika Indonesia merdeka. Pas saya sudah lahir, jluk, ini looh negara
Indonesia itu. Ketika saya tumbuh dan berkembang, internalisasi pendidikan
kewarganegaraanlah yang membuat saya semakin mengenal dengan negara Indonesia
ini. Bagaimanakah suasananya secara riil, perang itu seperti apa, saya tidak
bisa merasakannya. Jadinya, saya hanya bisa menyemarakkan saja. Mendukung. Tidak
kurang dan tidak lebih.
Sekarang, masih menyemarakkan? Ya,
masih. Dengan menonton televisi. Tidak dengan perlombaan. Sekarang lagi puasa.
Dan tak ada lomba macam balap karung atau lomba kelereng. Bedanya, 250juta
penduduk Indonesia ini, yang terkoordinir dalam sebuah wadah supeer besar
bernama pemerintah ini, saya sudah mulai nimbrung, malah akan ikut andil
menjadi seorang pekerja di dalamnya. It means, saya harus turut bela negara.
Namun, bela negara yang seperti apa? Seperti koruptor?
O, tentu tidak dong :) bela negara itu,
simpelnya, dari kompilasi aturan islam. Maksudnya, negara memang sudah
didirikan secara historis, dan kita tidak bisa kembali ke sana. Negara dipimpin
oleh pimpinan yang dipilih langsung oleh rakyat beserta jajarannya bernama ulil
amri. Sepanjang ulil amrinya nggak nyleneh, ya justru harus respek, harus taat.
Peraturan kan dibuat untuk melindungi rakyatnya juga. Hidup yang sekali ini
nggak ada salahnya dimanfaatin buat negara. Sebaik-baik manusia adl yang
berkontribusi bagi sesamanya.
Dengan demikian, dengan menebak-nebak
umur yang nggak bakalan sampai seribu tahun (untuk membangun peradaban bangsa),
kiranya sudah bagus jika merayakan kemerdekaan dimulai dari diri sendiri.
Merdeka untuk memilih, merdeka untuk mengutarakan pendapat, intinya mah,
merdeka untuk tidak bergantung pada orang lain :-)D dan juga merdeka untuk
tetap menjaga kemerdekaan. Ya, sangat susah jika harus memberangus penjajahan
terselubung dari luar yang sudah terkapitalisasi (Bapak Menteri Koperasi, ITB,
2012). Meski demikian, semangat berdikari nggak boleh luntur.
Selamat ulang tahun, Indonesiaku.
67 tahun. Tambah sepuh. Tambah
berkualitas yaaaw ^^
Pasuruan, 16 Agustus 2012
Maki
Maki yang terucap
Maki yang
terdengar
Kadangkala takkan
luntur dalam sehari
Jejaknya membekas
dalam putaran bulan, bahkan matahari
Hanya karena
kaukedepankan kemauanmu sendiri
Tetapi tenang
saja,
Kau takkan mati
karena maki
Karena mati
seutuhnya genggaman-Nya
Maki-maki yang
terkumpul di sudut-sudut gelap
Di rawa-rawa
pengap
Biarkan saja
berlalu
Seperti angin
Semilir
Jejaknya bahkan
menyejukkanmu
Karena Ia tidak
tidur
Ia tahu cara
terbaik untuk menghadiahkanmu yang lebih indah dari yang kaubayangkan
Pandangi saja Ia
Kau takkan dapat
maki
Malah terberkati
:)
16
Agustus 2012
Jumat, 10 Agustus 2012
WIFI-an di Stasiun
Hai, teman :)
Kalau postingan-postingan yang lalu saya ngebahas tentang apa aja yang ada di stasiun (salah satunya adalah seni musik di sana), kali ini ada yang beda lagi : WIFI gratis di stasiun !
Eh, jangan bercanda, dong!?
Enggak, ah. Saya nggak bercanda. Suer. Bener :). Lokasinya tetap di Stasiun Bandung, Jawa Barat. Saudara-saudara yang punya laptop dan bawa chargernya bisa menikmati jaringan internet di sini. Kecepatannya bisa mencapai 26Mbps looh. Kalah beuud deh koneksi modem yang saya pakai di kosan. Hehe. Pilih aja yang IM2-KAI : tanpa username tanpa password.
Selain itu, sebenarnya bagi yang ponselnya lagi lowbat bisa nge-charge gratis di sini. Lumayan menghemat jika dibandingkan dengan jasa charge toko di stasiun yang mencapai 3000/30 menit. Stop kontak bisa ditemukan di dekat Station Master Room (Ruang Kepala Stasiun). Sedikit ndelosor (duduk tanpa alas) tapi tak mengapa. Because the connection is very well. Yeah, seenggaknya cocok bangetlah sama agan-agan yang backpacker :))
Any question? comment here.
Kalau postingan-postingan yang lalu saya ngebahas tentang apa aja yang ada di stasiun (salah satunya adalah seni musik di sana), kali ini ada yang beda lagi : WIFI gratis di stasiun !
Eh, jangan bercanda, dong!?
Enggak, ah. Saya nggak bercanda. Suer. Bener :). Lokasinya tetap di Stasiun Bandung, Jawa Barat. Saudara-saudara yang punya laptop dan bawa chargernya bisa menikmati jaringan internet di sini. Kecepatannya bisa mencapai 26Mbps looh. Kalah beuud deh koneksi modem yang saya pakai di kosan. Hehe. Pilih aja yang IM2-KAI : tanpa username tanpa password.
Selain itu, sebenarnya bagi yang ponselnya lagi lowbat bisa nge-charge gratis di sini. Lumayan menghemat jika dibandingkan dengan jasa charge toko di stasiun yang mencapai 3000/30 menit. Stop kontak bisa ditemukan di dekat Station Master Room (Ruang Kepala Stasiun). Sedikit ndelosor (duduk tanpa alas) tapi tak mengapa. Because the connection is very well. Yeah, seenggaknya cocok bangetlah sama agan-agan yang backpacker :))
Any question? comment here.
Perpisahan (Bukan?)
Perpisahan
Awalnya
tak kuseka air mata untuk perpisahan
Buat
apa? Toh nanti, pikirku, akan kembali juga
Toh
kita akan kembali tertawa, bersama, dan seperti semula
Perpisahan
Ini
bukanlah perpisahan tak berujung (insyaallah)
Karena
jika Tuhan menghendaki, kita akan bertemu lagi
Perpisahan
Jika
waktu mampu memudarkan rasa angkuh dalam hati
Dan
menarik kemauan tuk mau
Aku
bersyukur
Karena
ini berarti tak serupa tragedi
Yang
berdarah-darah, berlinangan air mata, dan hal-hal lainnya
Perpisahan
Terima
kasih untuk dekap hangat dari kalian
Di
sini, kutemukan juga teman-teman yang mau mengantarkan hasratku ke
tempat-tempat idaman
Di
sini, aku dibimbing oleh teman-teman yang mau menemaniku di kegelapan
Aku
bahkan menemukan salah satu teman terbaik di sini
Yang
kita tidak pernah bertemu sebelumnya
Namun
pertolongan selalu menempa
Perpisahan
Yang
kubenci tapi kini kurindu pada akhirnya
Perpisahan
Kami
juga punya impian yang sama
Kami
tak jauh berbeda
Meski
hakikatnya kita sangat tak sama
Perpisahan
Terima
kasih atas keramahtamahan
Dukungan,
semangat, pujian, kritikan, candaan
Marilah
kita puas-puaskan diri di kampung halaman
Rindu
menderu-deru
Dahaga
keluarga tak jemu-jemu
Sembari
terus menyibak cahaya rembulan ramadhan
Semoga
nyalamu tak padam, teman
Perpisahan
Semoga
kita bertemu kembali :)
Selasa, 07 Agustus 2012
.... Dia menunggu di pelataran terminal yang lumayan sepi. Yang ada
adalah para kondektur bus patas yang juga menawarkan jasa mereka. Dia memilih
duduk di antara pedagang kecil yang sedang duduk santai menemani anaknya yang
tertidur. Satu, dua, tiga. Satu bus pun belum terisi juga. Sementara dia sibuk
berharap, dia sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah. Minggu kali ini lebih
penat dari biasanya.
(2012-2013)
A POEM WITHOUT TITLE
you may suffer in such condition which make you asking,
"what is it called?"
may be it's a gift
then you must say, "alhamdulillaah"
or it is actually the proof from the Creator to be closer to the Creator.
that asking something again and again will never be useless!
you just need the time
then you must have something better
it's the challenge also
are you ready to still go or
stuck?
like social media, may be :p
then you can choose which one will be chosen
in conclusion,
one thing can be meant some things :D
thank you
"what is it called?"
may be it's a gift
then you must say, "alhamdulillaah"
or it is actually the proof from the Creator to be closer to the Creator.
that asking something again and again will never be useless!
you just need the time
then you must have something better
it's the challenge also
are you ready to still go or
stuck?
like social media, may be :p
then you can choose which one will be chosen
in conclusion,
one thing can be meant some things :D
thank you
Minggu, 05 Agustus 2012
Sudut Pandang
Terkadang kita memandang seseorang dengan penilaian MUTLAK dari diri sendiri. Padahal sebenarnya yang kayak gitu itu nggak bagus. Apalagi kalau yang dinilai jauuh (dan sangat jauh) lebih baik dari diri sendiri.
Getting many points seems to be so easy. Padahal mungkin perjuangannya nggak mudah. Benar-benar nggak mudah. Bahkan jauh lebih sulit. Galau, sedih, senang, sudah biasa. Sangat tawar mungkin. Sudah kebal. Sakit, apalagi. Terlihat hanya kamu satu-satunya yang menderita padahal masih BANYAK yang jauh lebih sakit. Berjuang. Nggak cengeng.
Ah, jadi malu. Dengan wajahnya yang bersih. Dengan sikapnya yang ramah. Dengan nggak mau dicium punggung tangannya. Dengan usahanya yang kian pesat. Dengan anak-anak. Dengan perannya menjadi ibu. Dengan tanpa alasan-alasan lainnya.
Sudut pandang itu kayak orang makan buah. Buah yang dimakan itu sudut pandang sendiri. Jeruk misalnya. Kalau jeruk itu dimakan setiap hari, terus-terusan, pasti membosankan. Flat. Coba kalau makan apel, sesekali sirsak, sesekali melon.
Bukankah perbedaan itu indah? apalagi ada banyaaak banget hal baik yang bisa kita contoh dari sana.
Getting many points seems to be so easy. Padahal mungkin perjuangannya nggak mudah. Benar-benar nggak mudah. Bahkan jauh lebih sulit. Galau, sedih, senang, sudah biasa. Sangat tawar mungkin. Sudah kebal. Sakit, apalagi. Terlihat hanya kamu satu-satunya yang menderita padahal masih BANYAK yang jauh lebih sakit. Berjuang. Nggak cengeng.
Ah, jadi malu. Dengan wajahnya yang bersih. Dengan sikapnya yang ramah. Dengan nggak mau dicium punggung tangannya. Dengan usahanya yang kian pesat. Dengan anak-anak. Dengan perannya menjadi ibu. Dengan tanpa alasan-alasan lainnya.
Sudut pandang itu kayak orang makan buah. Buah yang dimakan itu sudut pandang sendiri. Jeruk misalnya. Kalau jeruk itu dimakan setiap hari, terus-terusan, pasti membosankan. Flat. Coba kalau makan apel, sesekali sirsak, sesekali melon.
Bukankah perbedaan itu indah? apalagi ada banyaaak banget hal baik yang bisa kita contoh dari sana.
Suatu Sore
Macet. Panas. Orang-orang berdesak-desakan.Tak ada yang mau kompromi
Jalan mengular, jalan lurus, jalan berbelok-belok
Diiringi teriakan para pedagang, sesekali juga penjual minuman
Yang pengen jalan kehimpit badan orang, yang pengen keluar, menepi harus bersabar
Pasar
Pertanyaannya, mengapakah bisa sesak sedemikian rupa?
Tapi inilah faktanya :)
manusia tidak hidup sendirian,
siklus ini mungkin takkan berubah
karena seperti inilah kehidupan
tidak bisa protes karena diam-diam kau juga melakukan hal yang sama
Jalan mengular, jalan lurus, jalan berbelok-belok
Diiringi teriakan para pedagang, sesekali juga penjual minuman
Yang pengen jalan kehimpit badan orang, yang pengen keluar, menepi harus bersabar
Pasar
Pertanyaannya, mengapakah bisa sesak sedemikian rupa?
Tapi inilah faktanya :)
manusia tidak hidup sendirian,
siklus ini mungkin takkan berubah
karena seperti inilah kehidupan
tidak bisa protes karena diam-diam kau juga melakukan hal yang sama
seni musik di stasiun
Banyak hal yang bisa ditemukan ketika berada di stasiun, khususnya Stasiun Bandung. Salah satu hal yang menarik adalah mendengarkan pagelaran musik yang berada di ujung pintu keluar sebelah utara. Aa, bagiku, nggak kalah keren dengan konser-konser band anak muda yang ngerock.
Sembari menunggu KRD (Kereta Rel Diesel) atau kereta lokal, kamu bisa duduk santai di depan sebuah grup tanpa panggung berkayu. Tanpa diminta, mereka pun menyanyi. Tapi, tahu bedanya kan, mana yang biasanya bernyanyi asal dapat uang dan bernyanyi dengan sepenuh hati? Grup ini memegang posisi kedua. Sang vokalis menyayi dengan baguus. Isi lagunya tuh nyampe.
Anehnya, perempuan berumur 19 tahun yang mendengarkan (saya maksudnya :p) bisa nggak protes sama lagu jadul
"Sepanjang jalan kenangan...."
Perempuan itu memang memilih menunggu kereta ekonomi yang seribu perak daripada kereta patas yang lima ribu. Entah, mungkin lagi pengen hemat dan pengen nyelonjorin kaki di deretan kursi penunggu.
Awalnya dia mendengarkan dengan sedikit abai. Akhirnya, dia terhenyak sendiri dengan pagelaran itu. Udah suara bagus, no excuse pula. Apa pasal? They, who were performing music beautifully couldn't see the world clearly. Menengok pada sang gitaris yang nggak sumbang memetik nada, juga dengan pianis yang memainkan kunci secara sempurna, dan penabuh gendang yang kelihatan sekali menikmati aktivitasnya. Vokalis? jangan ditanya. Uuuh. Sebuah tamparan kecil bagi yang kurang bersyukur.
"Apakah ada yang ingin request?" tanya sang vokalis. Lantas, seorang lelaki menghampirinya (bisa ketebak juga sih, soalnya dianya menghayati banget lagu itu. hehe). Lelaki itu berbisik, lalu para pemain mencoba-coba dulu.
Dan, taraa! sebuah lagu sukses bikin melayang. Angin senja nampak lebih halus dari biasa.
"Cinta, akan kuberikan bagi hatimu yang damai...."
Perempuan itu nggak malu-malu buat ikut nyanyi.
Masih. Bagus.
Lagu itu tidak terdengar sampai akhir. Soalnya KRD keburu datang.
But it's okay. Pokoknyah, recommended beud deh untuk yang satu ini.
If you visit Bandung by the train, please take a rest for a while and listen to this marvelous song.
:D
Sembari menunggu KRD (Kereta Rel Diesel) atau kereta lokal, kamu bisa duduk santai di depan sebuah grup tanpa panggung berkayu. Tanpa diminta, mereka pun menyanyi. Tapi, tahu bedanya kan, mana yang biasanya bernyanyi asal dapat uang dan bernyanyi dengan sepenuh hati? Grup ini memegang posisi kedua. Sang vokalis menyayi dengan baguus. Isi lagunya tuh nyampe.
Anehnya, perempuan berumur 19 tahun yang mendengarkan (saya maksudnya :p) bisa nggak protes sama lagu jadul
"Sepanjang jalan kenangan...."
Perempuan itu memang memilih menunggu kereta ekonomi yang seribu perak daripada kereta patas yang lima ribu. Entah, mungkin lagi pengen hemat dan pengen nyelonjorin kaki di deretan kursi penunggu.
Awalnya dia mendengarkan dengan sedikit abai. Akhirnya, dia terhenyak sendiri dengan pagelaran itu. Udah suara bagus, no excuse pula. Apa pasal? They, who were performing music beautifully couldn't see the world clearly. Menengok pada sang gitaris yang nggak sumbang memetik nada, juga dengan pianis yang memainkan kunci secara sempurna, dan penabuh gendang yang kelihatan sekali menikmati aktivitasnya. Vokalis? jangan ditanya. Uuuh. Sebuah tamparan kecil bagi yang kurang bersyukur.
"Apakah ada yang ingin request?" tanya sang vokalis. Lantas, seorang lelaki menghampirinya (bisa ketebak juga sih, soalnya dianya menghayati banget lagu itu. hehe). Lelaki itu berbisik, lalu para pemain mencoba-coba dulu.
Dan, taraa! sebuah lagu sukses bikin melayang. Angin senja nampak lebih halus dari biasa.
"Cinta, akan kuberikan bagi hatimu yang damai...."
Perempuan itu nggak malu-malu buat ikut nyanyi.
Masih. Bagus.
Lagu itu tidak terdengar sampai akhir. Soalnya KRD keburu datang.
But it's okay. Pokoknyah, recommended beud deh untuk yang satu ini.
If you visit Bandung by the train, please take a rest for a while and listen to this marvelous song.
:D
Langganan:
Postingan (Atom)
ArSIP
-
▼
2012
(69)
-
▼
Agustus
(14)
- Ketupat Sayur, Alhamdulillaah
- Film-film Masa Kecil yang Pernah Saya Tonton
- Namaku si Biru
- setelah berharap lantas terkabul kini merasa terba...
- If stories come to you, care for them. And l...
- Merdeka
- Maki
- WIFI-an di Stasiun
- Perpisahan (Bukan?)
- .... Dia menunggu di pelataran terminal yang l...
- A POEM WITHOUT TITLE
- Sudut Pandang
- Suatu Sore
- seni musik di stasiun
-
▼
Agustus
(14)