Jumat, 29 September 2017

72 TAHUN PT KAI: OPTIMISME UNTUK NEGERI

Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan menggendong sebuah tas besar di punggungnya. Dia berjalan menyusuri peron Stasiun Pasar Senen yang ramai. Pemuda berstatus mahasiswa tersebut ingin ke Surabaya, ke kampung halaman. Berbekal tiket mahal yang dibeli dari calo pada menit-menit terakhir, dia akhirnya bisa berangkat ke arah timur Pulau Jawa.

Perjalanan kereta yang diharapkan nyaman, ternyata jauh dari angan. Kenyataannya, gerbong yang dinaiki penuh sesak. Beberapa penumpang merokok seenaknya. Kondisi toilet begitu kumuh. Di sudut tertentu, ruang kosong di lantai diberi alas dari koran untuk tidur. Belum lagi pedagang asongan berseliweran menjajakan barang dagangan. Sampah-sampah berserakan. Pemuda itu mendesah pasrah. Perjalanan baru satu jam. Masih ada separuh hari lagi sampai tiba di tempat tujuan.

KERETA API INDONESIA, DULU DAN KINI

Ilustrasi di atas menggambarkan kondisi perkeretaapian Indonesia sebelum era reformasi tiba. Apa yang dialami pemuda tadi mungkin sempat dialami oleh rekan, sanak saudara, atau para pembaca. Wajah perkeretaapian ‘zaman dulu’ dapat dikatakan suram. Percaloan, kebisingan, dan ketidaknyamanan bukanlah suatu hal yang asing lagi. Masih  diperlukan perbaikan di sana-sini. Naik kereta dengan nyaman nyaris sebatas impian.

Namun, sekarang wajah perkeretaapian Indonesia telah berubah. Perjalanan kereta sekarang menjadi lebih kondusif. Tidak ada lagi penumpang berdesakan. Pedagang asongan ditertibkan. Begitu pula calo-calo yang menawarkan tiket dengan harga fantastis. Suasana stasiun aman terkendali. Di dalam gerbong pun telah kondusif dengan alat pendingin udara, layar televisi, juga fasilitas toilet yang memadai. Singkat kata, Kereta Api Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan.

Sejak tahun 2012, para penumpang mendapatkan kemudahan dengan mengakses pembelian tiket secara online*. Pembelian dapat dilayani secara online melalui situs resmi KAI (tiket.kereta-api.co.id), KAI ACCESS, juga dilayani melalui agen-agen yang telah terafiliasi seperti minimarket, pegadaian, dan kantor pos terdekat.

Teknologi memudahkan komunikasi antara konsumen dan penyedia jasa, termasuk PT KAI. Berbagai akun media sosial telah diluncurkan. Mulai dari akun Kereta Api Kita di Facebook, @KAI121-@keretaapikita di Twitter, akun Kereta Api Kita di Youtube, hingga akun Kereta Api Kita di Instagram. Kedekatan ini perlu dipertahankan, mengingat generasi muda zaman sekarang sangat akrab dengan smartphone dan internet. Setiap status, kicauan, foto, maupun video dari penumpang menjadi sangat berarti –sebagai timbal balik atas kinerja baik PT KAI dan untuk perbaikan ke depan—.

KERETA API DI MASA MENDATANG: DARI VISUALISASI RUTE, KERJASAMA DI SEKTOR PARIWISATA, HINGGA KERETA SPESIAL LEBARAN

Kereta api telah menempati ruang tersendiri di masyarakat. Seluruh kalangan dapat dengan mudah menikmati transportasi 'ular baja' ini. Mulai dari mahasiswa, pekerja, rombongan keluarga, hingga turis mancanegara. Selain dari harganya yang relatif terjangkau, perjalanan dengan kereta cenderung bebas hambatan.

Mengusung konsep Good Corporate Governance, PT KAI tentu akan terus melakukan perubahan ke arah lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan visi “Menjadi penyedia jasa perkeretaapian yang terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholder.” Untuk itu, penulis berusaha menguraikan harapan-harapan tentang masa depan Kereta Api Indonesia di masa mendatang.

ONLINE TICKETING DENGAN VISUALISASI RUTE

Kereta api jarak jauh biasanya memiliki banyak stasiun pemberhentian. Maka, PT KAI bisa menampilkan visualisasi rute kereta pada aplikasi KAI ACCESS atau website. Dalam hal tiket yang dicari telah habis terjual, PT KAI menampilkan saran berupa alternatif perjalanan kereta dengan beberapa pilihan.

Sebagai contoh, calon penumpang menginginkan perjalanan kereta dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Surabaya Turi. Namun, tiket Kereta Argo Bromo Anggrek Pagi, tiket Kereta Sembrani, maupun tiket Kereta Argo Bromo Anggrek Malam telah ludes terjual. Pada website atau aplikasi terkait, calon penumpang diarahkan reservasi dari Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Surabaya Pasar Turi menggunakan Kereta Gumarang, Kereta Jayabaya, atau Kereta Kertajaya. Dengan tampilan visualisasi rute beserta saran pada aplikasi, customer tidak perlu datang ke stasiun untuk mendapatkan solusi atas permasalahan mereka.

KERETA API FEATURING TEMPAT WISATA

Sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang berkaitan erat dengan kereta api. Banyak penumpang memakai kereta api untuk melakukan traveling. Adalah suatu inovasi apabila kereta api bekerja sama dengan para stakeholder wisata dalam penyediaan moda lanjutan beserta tiket masuk. Contohnya, Stasiun Malang Kotabaru menjalin kerjasama dengan manajemen Jawa Timur Park 1, Jawa Timur Park 2, atau Museum Angkut untuk menyajikan paket wisata tertentu berupa penyediaan tiket kereta api, transportasi lanjutan menuju tempat wisata, dan juga tiket masuknya. 

LOKO: BRAND BARU PT KAI
Salah satu strategi untuk menarik hati pelanggan adalah dengan menggunakan maskot. Perusahaan retail, instansi perpajakan pemerintah, telah menerapkan hal tersebut. Kehadiran Loko, maskot PT KAI baru-baru ini, menambah kesan ramah, hangat, dan profesional.

Branding kereta api ini dapat dapat diperluas dengan menyediakan merchant kaos si Loko di setiap stasiun besar. PT KAI juga dapat menggandeng desainer-desainer andal untuk mempopulerkan ‘budaya berkereta api’ melalui kaos-kaos tersebut. Desain kaos di setiap tahun dapat diproduksi berbeda, tergantung dengan keistimewaan daerah yang ada. Promosi melalui media kaos sangat efektif karena selain bisa dipakai oleh pribadi, kaos dijadikan sebagai buah tangan, baik oleh wisatawan dalam negeri maupun luar negeri.

LAYANAN KERETA SPESIAL LEBARAN

Animo masyarakat untuk memilih kereta sebagai sarana mudik masih sangat tinggi. Tercatat lebih dari 2,1 juta penumpang diberangkatkan pada puncak arus mudik Idul Fitri 2016. Dari berbagai stasiun besar di Indonesia, Stasiun Pasar Senen menduduki ranking pertama dengan jumlah penumpang sebanyak 520.233**.

Sehubungan dengan hal tersebut, PT KAI dapat ‘menyulap’ gerbong-gerbong kereta menjadi rangkaian gerbong spesial lebaran. Rangkaian gerbong tersebut dicat sedemikian rupa—nuansa hijau dengan gambar ketupat misalnya— sebagai bentuk menuju hari yang fitri. Tidak hanya itu, pembagian takjil gratis (berupa air putih dan kurma) dilakukan sebagai wujud pelayanan prima PT KAI kepada para penumpang.


72 TAHUN KAI: OPTIMISME UNTUK NEGERI

Tujuh puluh dua tahun PT KAI menemani perjalanan transportasi masyarakat Indonesia.  Kita patut mengapresiasi segala perbaikan yang telah ada. Mulai dari improvisasi layanan dalam perjalanan, perbaikan infrastruktur, hingga sistem reservasi.

Ke depan, hambatan-hambatan akan ada. Namun, dengan semangat nilai-nilai perusahaan: integritas, profesional, keselamatan, inovasi, dan pelayanan prima; penulis berharap, kereta api tetap menjadi transportasi favorit warga Indonesia, dari masa ke masa.

*sumber: Keterbukaan Informasi Pubik PT Kereta Api Indonesia
**sumber: Keterbukaan Informasi Publik PT Kereta Api Indonesia

Kamis, 14 September 2017

di sini, kukumpul keping-keping yang berserak
di sudut tembok, di dahan yang diinjak kaki-kaki burung gereja saat angin berembus,
juga di kerlingmu

enggan untuk beranjak
nyaman untuk menahan tapak

selamat siang, bunga di genggaman 
maukah kau buatkan puisi
untukku?
"Yang namanya hidup, jalani saja. Apa yang sudah ditakdirkan Tuhan kepada kita pastilah yang terbaik. Mungkin kita menganggapnya buruk, tapi yakinlah. Itu pasti yang terbaik. Yang habis putus sama seseorang, sebenarnya Anda dijauhkan dari hal-hal buruk. Saya ini sudah puluhan tahun menjalani hidup, dan saya telah mengalaminya" -- Pak Arip, dosen Akuntansi Keuangan Lanjutan --


"Bukan kuliah namanya kalau nggak ada tugas" -- Pak Ragil, dosen Proses Bisnis Wajib Pajak --

Rabu, 19 April 2017

Quote of The Day

"Keluarga itu bukan bisnis, bukan itungan komersial" -- Pak Jo, dosen Pajak Internasional.

Senin, 30 Januari 2017

MELATI


Suatu pagi, Pemuda mengikuti akad nikah seorang teman SMA.

Ia lalu mengirimkan sebuah foto kepada Pemudi. Foto jepretannya adalah Mbak cantik --teman sekolahnya itu-- yang sedang menerima seserahan dari ibu mertua. Akad sudah dilaksanakan, rupanya.

"Gimana?" tanyanya, via gawai.

Maksud dari pertanyaannya adalah bukan 'gimana hasil fotoku, bagus nggak?' atau 'gimana, udah pengen kayak gitu, nggak?', tapi lebih ke bagaimana busana yang dipakai si Mbak. Dia sedang menanyakan pendapat.

"Lumayan." Pemudi berterus terang, "Cuma aku lebih suka model hijab yang flat di kepala, nggak bervolume."

"Oooh."

"Nanti kembangnya bisa diambil sedikit diam-diam," Pemudi berseloroh. "Katanya biar cepat ketularan."

'Kembang yang mana?"

"Yang dipakai Mbak pengantin."

Sejujurnya, Pemudi baru tahu mitos belakangan dari seorang sahabat. Ia tidak meminta sungguh-sungguh kepada Pemuda, hanya menambah kerjaan. Menguji kemauan.

Satu setengah jam kemudian, sebuah pesan bergambar diterima Pemudi. Dia ternganga. Pemuda benar-benar melakukan apa yang dipesankannya.

"Ya Tuhan, kamu benar-benar serius."

Dan pemuda hanya melempar senyumnya, sebagai balasan.




Senin, 12 Desember 2016

Sometimes we are just being a self-centered person. We want same colors, same opinion, same of favorite food, same way to talk, same way to dress, whatever in our mind speak, that's the best for us. others' opinion must be debatable.

It doesn't make us human. Because being human means living in a colorful world, different language, different skin, different hobby, different opinion.

So what to do with this self-centered attitude?

Try to heal it, compromise it, maybe?


LANGIT JAKARTA

LANGIT JAKARTA

Langit Jakarta menumpahkan hujannya. Sesekali kilat menyambar disertai gemuruh. Hingga azan magrib selesai berkumandang, bulir-bulir bening itu tak juga berhenti. Membasuh jalan, membasahi pepohonan, juga menempa jendela tempat Yudith bekerja.
“Lembur?”
Sebuah suara membuat Yudith mendongak, membetulkan kacamata minusnya, menggeleng, dan berkata. “Cuma nambahin beberapa detil aja untuk laporan bulanan. Kalau hujan berhenti, gue pulang.”
Di ruangannya sekarang memang sudah sepi. Hanya ada satu OB yang sedang membersihkan ruang pimpinan, dia sendiri yang menunggu hujan, dan Wulan yang di hadapannya sekarang. “Lu sendiri, ada deadline?
“Lagi malas pulang cepat aja.”
"Ck. Pegawai teladan selalu ngeles kalau dibilang kerajinan."
Sambil duduk, Yudith merenggangkan otot-otot di tangan dan bahunya agar lebih rileks. Gemeletuk dari ruas-ruas jari lalu terdengar. “Gue mau bikin kopi. Mau?”
“Ya. Kopi hitam. No sugar, please.”
Yudith merespon dengan bergerak menuju dispenser yang terletak tak jauh dari mejanya. Sementara Wulan sudah menduduki tempat kerja Yudith, ikut membaca uraian laporan bulanan yang dimaksud temannya itu.
Wulan memiringkan kepala, membuat koreksi. “Realisasi buat konsumsi ulang tahun kita kemarin kayaknya kegedean deh, Dith.”
Jawaban Yudith diiringi denting sendok beradu dengan cangkir “Udah segitu. Pak bos minta tambahan snack sepuluh menit sebelum acara dimulai. Tahu sendiri, kan. Dirut sebelumnya berhalangan hadir.”
Wulan ber-O ria. “Biaya buat doorprize..... gede juga, ya?”
Yudith memberikan secangkir kopi untuk Wulan, secangkir kopi untuk dirinya, lalu mencebik, “Menurut lu, lima iPhone yang kita beli kemarin dari pasar gelap?”
Wulan terkekeh. “Ya. Ya. Ya. Kalau beli di pasar gelap, mending buat kamu aja, deh.
Perbincangan mereka lalu beralih ke target perusahaan yang sepertinya tak terjangkau, rencana lembur Sabtu-Minggu yang akan mengganggu tidur siang, karyawan pindahan dari negeri seberang, sampai kedai kue baru yang luar biasa laris di hari pertama.
“Omong-omong tentang kue, gimana kalau kita ke sana?” ajak Yudith spontan.
“Sekarang?”
“Tentu aja! Lihat, udah nggak hujan lagi sekarang. Gue pesen uber nih, biar gampang.”
“Boleh. Lumayan lah buat nambah feed instagram.
Maka itulah kesepakatan yang mereka buat. Kesepakatan atas secuil dari kisah hidup mereka yang hidup di kota metropolitan.
Yang tersisa adalah jalanan basah. Jendela yang mengembun. Dan kerlip lampu yang romantis. Langit Jakarta sudah tidak hujan (lagi).
*


Rabu, 26 Oktober 2016

TIKET Rp70.000

Melakukan perjalanan Tasikmalaya-Bandung atau sebaliknya itu, bagi saya, paling enak naik kereta. Yang pertama, bebas macet. Kedua, bebas mual-mabuk. Ketiga, bisa bobok cantik. Apalagi kalau beli tiketnya yang go show.

Beli tiket go show artinya, kita membeli tiket atas keberangkatan hari itu juga di loket stasiun setempat minimal tiga jam sebelum keberangkatan. Dengan bayar Rp70ribu rupiah, kita bisa memilih naik kereta eksekutif berupa Turangga, Malabar, Lodaya Malam, Lodaya Pagi, ataupun Argo Wilis. Harga ini bisa dibilang affordable karena jauh lebih murah jika dibanding beli tiket jauh hari atau >3 jam sebelum keberangkatan. Contohnya bisa dilihat di bawah. Rincian harga saya ambil dari situs resmi tiket1.kereta-api.co.id.

Berikut adalah rincian harga tiket Lodaya Malam jurusan Tasikmalaya-Bandung untuk keberangkatan besok (dini hari, 27 Oktober 2016 pukul 01.26 WIB). Sekarang, saat blog ini ditulis, 26 Oktober sekitar pukul 23.30 WIB. Sudah masuk waktu pembelian tiket go show.... Ambil!


Jumlah kursi yang tersedia bisa dilihat di web resmi KAI (dengan mengarahkan kursor ke tulisan Tersedia) maupun KAI Access yang tersedia di Playstore.

Bandingkan dengan harga tiket eksekutif Lodaya normal dengan "tarif atas" Rp320.000 O___O.


Jauh kaan, bedanya?


Kalau yang ini untuk Turangga dan Malabar. Karena masih lebih dari tiga jam sebelum keberangkatan, tarifnya masih normal





Dengan adanya penjualan tiket Go Show, penumpang mendapat fasilitas enak dengan harga lebih murah. ACnya mantap, tempat duduk lebih lega. Kalau perjalanan malam bisa dapat selimut. Pernah saya naik Argo Wilis dari Bandung ke Tasik sambil baca Koran Kompas edisi Hari Minggu (asik). Kadang kalau mau sampai dibangunin sama petugas di keretanya.

Uhm, celahnya, penjualan tiket Go Show bersifat fluktuatif. Rejeki-rejekian. Kadang kursi yang tersisa tiggal 3, 5, 7.... Maka, siapa yang cepat beli, dia lah yang dapat. Seorang calon penumpang bisa nggak dapat tiket karena sisa kursinya udah habis dibeli calon penumpang lain. Biasanya, ini terjadi saat weekend, hari libur, atau hari Senin yang notabene hari pertama kerja. Berdasarkan pengalaman, tiket Argo Wilis di hari Minggu menjadi salah satu favorit para penumpang. Dalam kurun kurang dari tiga jam, 20 buah kursi bisa habis T__T. Kalau kondisinya begini, alternatifnya kita bisa beli tiket ekonomi yang masih tersedia.

O, iya. Selain tarif 70 ribu, ada juga tarif Go Show 60 ribu untuk kelas bisnis dan 50 ribu untuk kelas ekonomi. Kalau di DAOP II Bandung, berlakunya sistem ini sampai ke Stasiun Banjar, tidak hanya sampai Tasik saja :).

Bagaimana, apakah Anda tertarik mencoba naik kereta eksekutif 70 ribu dengan Go Show? 

Selamat mencoba!

Nb: This is not sponsored post. I wrote this based on my experience and source I got. The information above could be different in the future.

*Udah kayak blogger-blogger femes aja, yak :P


Cheers,

Cimul.


Jumat, 21 Oktober 2016

KIPAS ANGIN

Panas sepanas-panasnya. Jalanan berdebu. Asap mengepul di udara. Turun dari angkot, kedua kaki Marr ditarik sekuat tenaga. Langkahnya panjang-panjang. Dia melewati jalan beraspal dengan banyak sisi berlubang. Rumah-rumah berdekatan. Jemuran bergelantungan. Bocah-bocah kecil berlarian dengan ingus meleleh tanpa sapu tangan.
Di hadapan bangunan berdinding batu-bata, Marr langsung melepas sepatu dan kaus kaki, melemparnya sembarangan. Tasnya dia tumpuk di sebuah kursi yang sudah penuh oleh cucian yang baru kering. Dia merebahkan diri pada kasur busa tipis, setipis badan remaja tanggungnya. Kasur busa itu melengkung di tengah, menyisakan pegal tiap habis tidur semalam.

Pengikut