Senin, 07 April 2014

Pertemuan di Tengah Hujan

I
Aku duduk di beranda rumah ditemani emak. Anak-anak tetangga berkumpul di depan halaman rumahnya yang luas. Mereka bermain jemblong singit. Salah satu dari mereka menangis karena harus jaga terus. Akhirnya ada yang mengalah, hingga satu per satu pulang karena hujan.  Halaman rumah jadi sepi. Aku dan Emak masuk ke dalam rumah.
 “Ngomong-ngomong, teman mondok kamu dulu itu mau menikah lo, le? Syafi’i namanya.” Kata emak membuka percakapan. Topik yang sama selama satu minggu. Mungkin juga sama untuk mingu depan.
“Iya. Sudah tahu kok, Bu.” Jawabku asal.
“Kamu kapan nyusul?”
so, please tell me why you wrote so many absurd things?
I don't know. I just want to write, sedikit demi sedikit saja. Err.. a little bit I know is ... I'm lazy (enough) to write more words *sigh*. Please forgive.


Akan Ada Masanya

Akan ada masanya kamu pergi (lagi)
menjauh dari tanah yang nyata-nyata kamu pijaki selama berbelas tahun
menyingkir dari angin yang membelai rambut merayu wajah
menghampiri rerumputan dan ilalang di sudut itu

Akan ada masanya kamu menatap (bukan meratap)
matahari pagi
dari sudut itu
juga gemintang biru
dan awan-awan

Selalu ada pergi sebelum kembali
selalu ada sedih setelah senang, senang setelah sedih

Mereka bilang ini rotasi
sementara kamu sebut ini sedikit diskriminasi

Percayalah
hujan dan kemarau bisa mengantarmu pada
lentiknya pelangi


Pengikut