Rabu, 04 November 2015

AIRIN

Jarum di arloji Airin telah menyentuh angka enam. Jarum pendek. Jarum panjangnya menunjuk  angka tiga. Airin sudah berdiri di pertigaan jalan yang menghubungkan jalur ke perkampungan, kota di sebelah timur, dan kota sebelah barat. Menunggu bus. Bukan bus sekolah, tetapi bus antar kota antar provinsi . Yang ‘kan mengantarkannya ke sekolah. Sekolah Airin tepat di pinggir jalan dan dilewati bus itu. Airin berangkat sendiri. Teman-teman dari tempat tinggalnya memilih naik motor. Lebih lekas sampai, kata mereka.

Di telinga Airin terpasang headset warna putih. Ada suara jernih vokalis Passenger di dalamnya. Kadang-kadang juga teriakan syahdu Adam Levine. Hmm, terkadang juga dia memutar lagu cover penyanyi-penyanyi independen –Boyce Avenue kesukaannya—. Di punggung Airin melekat tas warna putih yang sudah menjadi kesayangannya sejak kelas tujuh. Kini Airin kelas sepuluh. Berarti tiga tahun tas itu menemani dirinya. Tas itu tidak berat. Karena Airin hanya membawa buku secukupnya.
 
Jalan lagu ketiga. Airin mematikan lagunya. Bus telah datang, berwarna putih bercorak hijau. Airin naik. Airin tersenyum kepada kondektur bus langganannya itu. Airin ‘kan mendengar lagu lagi, berupa omelan penumpang yang mengeluh karena ongkos naik, lagu pengamen, hingga derubus, sampai dia beranjak turun.

Airin. Kamu pernah seperti Airin?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut